Saudara Plestina

Senandung hati-hati yang luka
dijamah tangan-tangan berlumur dosa.
Menjerit.
Berteriak.
Tapi, semua menulikan telinga.
Membutakan mata.
Membungkamkan suara.



Ah, betapa malang nasibmu, kawan.
Kau dilupakan.
Dan dipinggirkan.
Kau berjuang sendiri.
Melontarkan kerikil-kerikil mati.

Di sana, saudara-saudaramu menonton.
Tersenyum manis melihat kau terjerembab makan tanah.
Seolah ini adalah tontonan yang menakjubkan.
Dengan kau sebagai pejuang malang.

Akupun sama kecil denganmu.
Dari jarak jauh.
Do'a dan dukunganlah yang dapat kuberikan.
Aku tak punya kekuatan.
Aku bukan presiden. Raja.
atau perdana menteri.
Aku juga bukan Jenderal yang punya segudang pasukan.
Aku rakyat jelata
hanya bisa menitikkan air mata dan berdoa.
Semoga kau diberi kekuatan dan kesabaran
saudara palestinaku.


Senin, 16 Mei 2011
Udo Iwan
Tags:

Tentang Saya

Seorang sosok yang ingin di atas biasa orang. Tapi seringkali tertinggal oleh kereta yang merangkak. Sering tenggelam oleh gerimis penggal malam. Dan selalu tegak, namun tak kalah cepat dari keong. Tetap optimis, karena gerimis sepenggal malam takkan menenggelamkan gunung